Aku percaya tidak ada yang kebetulan di dunia ini. Semua
sudah diatur oleh Yang Mahakuasa. Namun, untuk kejadian yang aku alami saat
ini, semua seperti mimpi, Mataku tidak mengerjap sedikitpun memandangi benda berkilauan ini, tanganku bergetar, tetapi segera aku sadari membiarkan benda ini
terlihat oleh orang lain sama saja cari penyakit. Langsung kumasukkan kembali
ke kantong beludru, kemudian kubungkus dengan sapu tangan, lalu kumasukkan dalam tas, tapi tunggu! ini terlalu berbahaya untuk keselamatan nyawaku. Kalau aku taruh di gang kecil ini pasti pencuri itu akan kembali lagi ke sini dan mengambilnya. Aku mencoba melihat keseliling lorong sempit ini, mencoba mencari tempat penyimpanan terbaik.
Hem, di ujung gang buntu ini ada sebuah lubang kecil, yang bisa melewatinya mungkin hanya tikus. Kubungkukan badan untuk mengintip lubang tersebut. Gelap sekali, lalu aku mengambil telefon genggamku untuk dijadikan senter, hem.. sebuah gudang rupanya, sepertinya aman. Tidak akan ada orang yang memerhatikan gudang tua ini sampai ke pojok ruangan. Persembunyian yang sempurna, lalu lubang itu kututup dengan pecahan batu bata yang terserak di lorong ini, dan menutupnya lagi dengan tanah. Ku buat se natural mungkin biar tidak ada yang curiga. Ah ya! Sempurna.
Dengan mantap, aku segera keluar dari gang kecil itu,
setengah mengendap-ngendap untuk memastikan pasar ini sudah aman dari kerumunan
gila itu. Ku intip perlahan situasi di luar gang, tengok keadaan di kanan lalu
ke kiri. Sepi, aku rasa tidak ada orang. Hey, kenapa tingkah ku ini jadi
seperti pencuri berlian! Gara-gara benda ini. Ku tengokkan lagi ke kanan untuk
memastikan apa benar-banar aman, dan sebuah gerakan cepat terlihat menghilang
di balik tembok, tetapi aku berhasil melihatnya, tingginya mungkin 180cm,
badannya kekar, dan berkulit hitam legam. Glek, jantungku mulai berdegup lagi.
Nafasku tercekat. Bagaimana kalau itu pencurinya, ah mungkin
lebih tepat mavia untuk barang semahal ini. Untuk berlian sebesar ini, bapak
yang ku temui di jalan itu pasti telah salah menilai, tidak mungkin satu
miliar. Kutaksir bisa mencapai 600 miliar! Apa yang harus aku lakukan,
bagaimana kalau dari belakang orang itu menikamku hingga tewas! Aku masih
mematung di tempatku, menunggu apa yang akan terjadi, mencoba berfikir keras
untuk tindakan ku selanjutnya.
Terdengar suara gaduh dari arah kiri, bagian depan pasar. Ah
ya! Hidupku ternyata masih bisa berlanjut, lima orang pak polisi! Sepertinya
sedang mengadakan penyelidikan. Huuft..Alhamdulillah, ku langkahkan kakiku ke
luar pasar dengan sewajar mungkin. Lebih baik ku kembalikan saja sendiri ke
toko berliannya langsung, mataku hijau! Sedikit senyuman licik tersungging di
wajahku.
“Hey, kamu!” Pak polisi itu memanggilku.
“Ini daerah steril, tidak boleh ada yang berada di sini!”
Pak polisi yang lain setengah membentakku.
“Maafkan saya pak, saya hanya berlindung dari kerumunan
tadi, saya bisa mati terinjak pak!”Aku berusaha menjelaskan.
“Hemm..namamu siapa dek?”Tanya bapak itu sedikit membungkuk.
Kutarik nafas, ada firasat tidak baik “Ares pak!”
Kemudian bapak polisi itu berfikir sebentar, kemudian
memerhatikanku dari kepala sampai kaki. Aku salah tingkah. Aku coba bersikap
sewajar mungkin, walaupun jantungku sudah berdegup tidak karuan.
“Kamu harus ikut ke kantor polisi nak, kamu berada di daerah
steril saat penyelidikan, kami hanya akan meminta beberapa informasi darimu”
Serunya dingin.
Oh tidak, uangku bisa melayang! Tetapi beberapa saat
kemudian.
“Kau yakin akan membawaanya, tampang macam seperti anak ini
tidak akan membantu apapun, hanya menambah pekerjaan kita saja tahu!” Sambil
mengitari dan memerhatikan tubuhku bapak polisi yang lain menentang pak polisi
itu.
“Iya benar Pak! Saya hanyaingin membeli sayur pesanan ibuku!
Sungguh!” ku acungkungkan dua jariku, telunjuk dan jari tengah, dengan wajah
penuh kesungguhan.
“Hemm.. benar juga, kau beruntung nak, cepat pulang sana,
hati-hati dengan orang asing!” Pesan pak polisi itu. Aku mengangguk cepat,
“terimakasih pak!” aku langsung berlari meninggalkan pasar itu.
Ah, keluar juga aku dari pasar itu, keadaan sudah kembali
tenang dan macet sudah terurai. Ku susuri terotoar dengan hati suka cita.
Sepanjang perjalanan ku fikirkan akan kuapakan uang yang aku dapat nanti.
Benar-benar durian runtuh! Pasti mavia yang melemparkan berlian itu tidak
melihat bahwa di gang sempit itu ada aku, ah, ceroboh sekali dia.
Aku lihat sebuah brand dari kain tadi, namanya “Altair”, dan
aku tahu letak tokonya. Memang sebuah toko berlian ternama di tengah ibu kota.
Jaraknya tidak terlalu jauh dari pasar tadi, ah itu dia diseberang jalan ini.
Olalala! Semakin ku percepat langkah kakiku ini.
Aw!
Sebuah benda berkecepatan tinggi mengenai leher bagian
kiriku.
Sebelum sempat aku menengok untuk melihat keadaan leherku.
Pandanganku perlahan gelap, dan semakin gelap. Seiring pandanganku yang mulai
kabur kurasakan tulangku dari atas sampai bawah perlahan menghilang.
Dan..
Bruk!