Kamis, 05 Juli 2012

Sebuah Awal

Pagi ini semua masih seperti biasanya, pemandangan di Jakarta pada umumnya, motor yang saling "seruduk" tak mau jalannya dipotong sedikit pun oleh pengendara motor lain. Angkot yang berhenti seenaknya, sampai mobil pribadi yang tidak sabaran. Tuntutan hidup di Kota Jakarta memang keras bung! tak elak semua ulah para pengguna jalan itu menimbulkan sebuah simfoni khas Ibu Kota Jakarta. Klakson bising terdengar.

Diiiiiiin.....! Teet-teet-teet! TIIIIIIIIIIIIIIIIN....!

Beragam suara klakson terdengar dari berbagai kendaraan bersamaan. Seakan membunyikan klakson bisa menyelesaikan masalah kemacetan mereka. Belum lagi tingkah warganya. Seorang ibu paruh baya kerepotan menuntun kedua anaknya dan menggendong satu bayi yang tengah menangis hebat, mungkin tidak mau menghadapi kerasnya jakarta, belum lagi anak yang dituntunnya ngambek minta dibelikan es doger. Ibu itu terlihat sangat kerepotan. hihihi.. aku tertawa kecil memerhatikan pemandangan itu.

Tiba-tiba suara gaduh terdengar, sangat gaduh, kupikir ada kerumunan kuda liar terlepas. Namun, semakin lama semakin jelas! tidak hanya suara derap langkah, suara teriakan, sumpah serapah, bahkan letusan pistol juga terdengar. Ribut sekali, aku semakin penasaran. Ku longokkan kepalaku lebih ke luar, ada peristiwa menarik sepertinya. Kutaksir jumlahnya bisa mencapai ratusan orang. Semua simfoni warga jakarta hari ini mendadak hilang, semua terperangah dengan kejadian "gila" yang tengah berlangsung itu.

Aku semakin bertanya-tanya, ini tidak seperti biasanya. Kerumunan itu terdiri dari puluhan warga, beberapa polisi, beberapa jurnalis dan kameramennya. Semua berlari menuju satu tujuan. Benar-benar serius rupanya, para penumpang sesama bus kopaja ini saling bertanya-tanya, tanpa ada yang tahu kejadian sebenarnya. Macet semakin menjadi-jadi.

Kejadian yang sangat penting untuk ditonton, tapi pesanan ibuku tidak kalah penting. Pasar tujuanku hanya tinggal beberapa blok lagi, aku memutuskan untuk berjalan kaki saja, mengingat bus yang tak kunjung bergerak. Kulangkahkan kaki turun dari bus dengan hati-hati, ku lihat semua pengguna jalan masih terperangah dengan kejadian itu. Semua mata tertuju pada satu titik, dan semua kepala-kepala itu bergerak dari kanan ke kiri secara perlahan mengikuti kerumunan tak terkendali itu, terdengar riuh dari kerumunan itu.

"KEJAAAR! KEJAAAR DIA PAK!"
"AYO TANGKAP! JANGAN SAMPAI LOLOS!"
DUAR! DUAR!
"SERAHKAN KEPADA POLISI"
"HARAP SEMUA BERHENTI MELAKUKAN PENGEJARAN!"

Namun, sepertinya tidak ada yang mengindahkan seruan polisi tersebut. Makin gila saja warga ibu kota ini. "Mbak!" Seorang bapak gemuk menepuk pundakku.
"Ya, ada apa pak?" bikin kaget saja bapak ini.
"Tidak ikut mengejar pencuri itu, yang berhasil mendapatkannya dapat 100juta dari pemilik toko, SERATUS JUTA MBAAK! bukan maiin.."Kata Bapak itu sambil melotot penuh semangat.
Aku tertawa kecil "Ah, yang benar saja Pak, hari gini 100juta itu tidak mungkin!"
"Loh, mungkin saja mbak, wong yang dicurinya itu berlian seharga 1miliar! bukan maiiin.. HAHAHA" bapak itu tertawa lepas, sampai perutnya itu ikut bergoyang.
Aku geleng-geleng kepala, bagaimana mungkin?

Aku melanjutkan rencanaku pergi ke pasar untuk membeli sayur pesanan ibuku. Aku berbelok menuju pasar itu. Baru di depan blok pasar tersebut, aku terperangah.
BLAM.
Sepi. Kemana seluruh orang di sini, tidak ada penjual, pembeli, tidak ada semua orang tepatnya. Apa karena kejadian itu ya. Aku terus melangkahkan kaki memasuki pasar tersebut, berjuta pertanyaan memenuhi otakku. Ini sangat tidak wajar!

Sayup-sayup terdengar suara mencurigakan. Mulanya pelan, namu seiring suara itu terdengar semakin keras jantungku berdegup semakin kencang, tanganku dingin. Aku tahu suara aneh ini, suara yang mirip derap langkah puluhan kuda! Kulihat dari jauh debu mengepul berterbangan, pasar yang sempit dan orang yang banyak, semua berlari menuju satu titik, ke arahku! mereka semua seperti orang gila yang kesetanan! tak peduli mereka menghantam kios-kios yang menghalangi mereka, semuanya dihancurkan! Aku masih berdiri mematung melihat pemandangan menakjubkan ini. Mungkin aku pucat. Kutarik nafas dalam-dalam.

KERUMUNAN GILAAA! LARIIII!

aku berteriak sekuat tenaga, berlari sekuat tenaga, sekarang seakan semua kerumunan itu berlari mengejarku. Ini Gila! aku bisa terinjak-injak, aku bisa mati! Aku berusaha menambah kecepatanku sekencang yang aku bisa. Sialnya kerumunan itu semakin dekat saja, aku semakin panik! ah! Gotcha! ada gang kecil di depan!

Yak! aku berhasil berbelok masuk menuju gang sempit itu, dan kulihat kerumunan gila itu melewati gang kecil tempat aku berlindung, gelap dan sempit sekali, hanya cukup untuk satu orang, tempat yang sangat baik untuk berlindung. Jantungku masih berdegup kencang, nafasku tidak karuan, aku terduduk tak berdaya, haus, kehilangan tenaga, dan sangat lelah. Kulihat kerumunan itu masih berlari melewati gang kecilku, panjang juga kerumunannya. Alhamdulillah, kuucapkan puji syukur kepada Allah yang telah meyelamatkan ku, hampir saja aku mati terinjak. Ku keringkan peluh yang sedari tadi mengucur deras di wajahku.

"BUK"
Sebuah batu mengahantam dinding gang ini. Hampir saja mengenai kepalaku. Asalnya dari kerumunan tadi.

Ah, ternyata sebuah kantong biru berbahan beludru, elegan sekali.
hemm..
mungkinkah ini..
ku buka kain itu perlahan.. perlahan..
dan sebuah kilauan menyilaukan mataku, indah sekali.
tanganku bergetar, belum pernah aku memegang benda seindah ini!

Sebuah berlian sebesar ibu jari!

0 komentar:

Posting Komentar